Pengorbanan Sang Pahlawan

Pengorbanan mungkin bisa dikatakan Saudara dekat dari Cinta, aspek yang mendasari nurani Kepahlawanan. Setiap cinta menuntut pengorbanan. Mungkin itulah mengapa hanya orang-orang yang rela berkorban saja yang patut disebut sebagai Pahlawan. Dengan cintanya yang menggebu-gebu terhadap objek Kepahlawanan, seorang pahlawan rela mengorbankan apa saja untuk mencapai keagungan maha karyanya. Tidak hanya harta, saudara, keluarga bahkan jiwanya.

Kalau kita ingin melihat betapa sejarah kepahlawanan Islam terukir indah dengan sentuhan pengorbanan maka rasanya wajib bagi kita menyaksikan kisah heroik ini dalam apa yang tertulis didalam SIRAH NABAWIYAH. Disinilah cinta, patriotisme, heroisme dan pasti pengorbanan mewarnai hari-hari perjuangan Dakwah Islam melalui tangan-tangan suci Rasulullah dan shahabat-shahabatnya.

Tak ada masa yang lebih Indah selain era perjuangan Rasulullah SAW dan para Shahabatnya. Disinilah betapa pengorbanan adalah suatu hal yang lumrah bahkan menjadi teman hidup Rasulullah dan para Shahabat. Kita masih ingat ketika Mush'ab bin Umair duta pertama Islam, seorang pemuda tampan, kaya raya, disukai para wanita harus meninggalkan semua gemerlap dunia demi cintanyanya kepada Allah dan Rasulnya. tak selesai disitu, bahkan ibunya yang masih kafir tidak menjadi lebih berharga ketimbang Allah dan Rasulnya. Mush'ab bin Umair seorang pemuda tampan dan kaya raya mengakhiri hidupnya sebagai Syahid di Uhud. sungguh sebuah pengorbanan yang teramat besar.
Dalam Sejarah dicatat pada saat kematiannya beliau hanya dibungkus oleh kain kafan yang teramat sederhana, jika ditarik bagian kepalanya maka akan terlihat bagian kakinya, jika ditarik bagian kakinya maka akan terlihat bagian kepalanya akhirnya beliau dikuburkan dengan menutup kepalanya dan bagian kakinya ditutupi dengan dedaunan. Laa ba'sa bihi, itu hanyalah jasad sedangkan ruhnya telah dicatat oleh Allah sebagai syahid dan berhak atas surganya Allah.
Begitulah pengorbanan para pahlawan, teramat besar namun hasilnya adalah Surga.
Allah berfirman; Tidaklah kau mencapai kebaikan yang sempurna sehingga engkau menafkahkan apa-apa yang paling engkau cintai (Qs. Ali Imran: 92)